Pendahuluan
Pemahaman munculnya
agen-agen zoonosis baru membutuhkan
pengetahuan tentang keanekaragaman hayati patogen pada satwa liar, interaksi manusia
dan satwa liar, tekanan yang disebabkan oleh manusia ke populasi satwa liar,
serta perubahan perilaku manusia di masyarakat. Pendekatan berbagai bidang yang
menggabungkan virologi, biologi satwa liar, ekologi penyakit, dan antropologi
memungkinkan pemahaman lebih baik bagaimana munculnya zoonosis baru yang bersifat patogen, yang terkait dengan penggundulan
hutan dan perburuan hutan (Wolve 2005).
Kebanyakan
penyakit-penyakit menular yang baru muncul (Emerging infectious diseases) disebabkan oleh agen patogen yang sifatnya dapat menular ke manusia (zoonosis). Jumlah dan proporsi penyakit-penyakit yang bersumber dari hewan
khususnya satwa liar meningkat secara subtansial dalam beberapa dekade
belakangan ini (Pavlin et al. 2009).
Pada kenyataannya
ancaman terhadap kesehatan global dan faktor risiko munculnya penyakit-penyakit
menular tersebut bukan hanya dipicu oleh perubahan iklim, kemiskinan sampai
kepada isu-isu keamanan global, akan tetapi juga oleh perdagangan satwa liar. Perdagangan global satwa liar menimbulkan
mekanisme penularan yang bukan hanya menyebabkan wabah penyakit pada manusia,
akan tetapi juga mengancam peternakan, perdagangan internasional, kehidupan
pedesaan, populasi alamiah satwa liar dan kesehatan ekosistem (Karesh et al. 2005). Satwa liar pada umumnya
didefinisikan sebagai hewan mamalia, burung, ikan, reptilia dan amphibi yang
berkeliaran (free-roaming) di alam bebas. Jumlah seluruh penyakit zoonosis yang sebenarnya tidak diketahui
dengan pasti, tetapi diperkirakan lebih dari 200 jenis penyakit. Dengan
berjalannya waktu, disadari bahwa semakin banyak agen patogen penyebab zoonosis bersumber dari binatang (75%).
Satwa liar diindikasikan terlibat dalam epidemiologi kebanyakan penyakit zoonosis
dan bertindak sebagai reservoir utama dari penularan agen patogen ke hewan
domestik dan manusia.
Kini
terdapat peningkatan perhatian tentang perdagangan
komersial pada bushmeat (daging liar
atau daging satwa) di berbagai negara. Tingkat perburuan bushmeat bisa mengancam
populasi satwa liar populasi-populasi dan orang yang bergantung pada bushmeat untuk makanan atau pendapatan.
Relevansi tertentu untuk negara-negara terhadap implikasi dari perdagangan
untuk manusia dan hewan dari segi kesehatan melalui transmisi penyakit yang
mungkin terjadi.
Zoonosis satwa liar
yang secara khusus disebabkan oleh berbagai jenis bakteria, virus dan parasit,
sedangkan jamur (fungi) dapat diabaikan. Dapat dikatakan dalam hal ini
ratusan agen patogen terlibat dengan modus penularan yang berbeda satu sama
lain dan banyak faktor yang mempengaruhi epidemiologi dari berbagai jenis
penyakit zoonosis tersebut.
Prediksi
Munculnya Penyakit Zoonosis
Kira-kira tiga perempat
penyakit infeksi yang muncul pada manusia disebabkan oleh patogen zoonosis (Taylor et al. 2001). Ini termasuk agen-agen yang bertanggung jawab pada
kematian global (seperti HIV -1 dan -2, Influenza
virus) dan lain-lain yang menyebabkan kematian terbatas tetapi menghasilkan
angka kasus kematian yang tinggi dan tidak ada pengobatan atau vaksin yang
efektif (contohnya Ebola virus, Hantaviruses, virus Nipah, sindrom pernafasan
akut parah (SARS) terkait Coronavirus)
(Smolinski et al. 2003). Meskipun
ancaman perkembangan penyakit pathogen zoonosis,
pemahaman tentang proses timbulnya penyakit sangat minim. Ukuran kesehatan
masyarakat untuk penyakit semacam itu tergantung pada pengembangan vaksin dan
obat, untuk melawan penyakit patogen yang muncul. Sesungguhnya, banyak
keyakinan bahwa memprediksi munculnya zooonosis baru adalah suatu tujuan yang
tidak tercapai. Namun, suatu trend yang mulai tumbuh dalam beberapa penelitian
penyakit ini mendorong untuk menganalis secara empiris proses yang timbul dan
bergerak untuk memprediksi kapasitas pada zoonosis
baru.
Berbagai zoonosis
baru adalah virus yang muncul pada populasi hewan domestik dan manusia dari peningkatan kontak dengan satwa liar yang
potensial memiliki patogen zoonosis (Taylor
et al. 2001). Resiko munculnya agen zoonosis baru dari satwa liar sangat tergantung pada tiga faktor :
- Keragaman mikroba liar dalam suatu wilayah ( zoonotik pool).
- Efek dari perubahan lingkungan pada prevalensi penyakit dalam populasi
- Frekuensi manusia dan hewan domestik yang melakukan kontak dengan reservoir satwa liar dari zoonosis potensial.
Penebangan
Hutan, Perburuan dan Lalulintas Viral
Perburuan satwa liar oleh manusia adalah suatu
praktek kuno yang membawa suatu resiko
subtstansial untuk perpindahan silang transmisi spesies. Meskipun penemuan
kegiatan memasak (1,9 juta tahun yang lalu), resiko penyakit zoonotik yang muncul dari perburuan dan kegiatan memakan satwa liar
masih penting karena meningkatnya kepadatan populasi manusia, perdagangan
global, dan berkonsekuensi pada meningkatnya kontak antara manusia dan hewan.
Penggundulan hutan tropis menyebabkan peningkatan kontak
antara satwa liar dan pemburu. Namun, mekanisasi timbulnya penyakit sangat
kompleks. Contohnya penebangan hutan, dapat mengurangi timbulnya zoonotik
daripada ekstraksi selekstif karena relatif menurunkan kontak antara manusia
dan satwa liar selama penebangan. Karena tingginya biaya ekstraksi dan
transportasi penebangan di Afrika Tengah umumnya melibatkan ekstraksi selektif
dari spesies karet bernilai tinggi. Ekstraksi selektif juga menyebabkan
berlanjutnya keragaman alami satwa liar dari pada penebangan dan juga untuk
keberlanjutan keragaman patogen zoonotik potensial
tersedia bagi pemburu (Fa et al.1995).
Dengan penebangan terpilih melibatkan konstruksi jalan dan trasnportasi pekerja
kedalam daerah hutan asli. Namun jalan dapat membawah kesehatan bagi komunitas
pedesaan, jalan juga menyediakan peningkatan kontak antara daerah kepadatan
rendah, member jarak pada populasi manusia dan populasi kota dengan akses ke
perjalanan internatsional, yang menghasilkan lokalisasi timbulnya penyebaran
global yang cepat potensi penyebaran global dengan cepat (Hooper 1999).
Membangun pembukaan jalan juga mengarah pada juga
mengarah pada pemisahan habitat seperti pinggaran hutan sepanjang jalan yang
terdegradasi, yang menurunkan pergerakan satwa liar pada setiap tapak hutan.
Proses ini menyebabkan tiga efek counteraktif
:
- Dengan berkurangnya ukuran tapak, lebih kecil, populasi kerapatan rendah dari reservoir, beberapa dapat menurunkan kepadatan, dibawah ambang batas kepadatan dari mikroba zoonotik potensial. Kasus ini model matematika dari penyakit infeksi meramalkan bahwa mikroba-mikroba ini akan punah/langkah relative lagi dan menurunkan resiko dibawah perpindahan ke manusia.
- Dibeberapa kasus, hilangnya kekayaan spesies pembawa vertebrata dapat menghasilkan peningkatan keberlimpahan reservoir dengan kompetensi tinggi dari beberapa agen zoonosis, meningkatan resiko perpindahan ke manusia, meskipun fenomena ini hanya didemonstrisikanda hanya pada satu patogen Borrelia burgdorferi, agen penyebab dari penyakit lyme, ia akan lebih menyebar. Pada kasus ini pemisahan meningkatkan kelimpahan reservoir kompetensi tinggi yaitu white foot mouse (Peromyscus leucopus), yang menghasilkan resiko tinggi bagi infeksi ke manusia.
- Pemisahan yang berkaitan dengan pembangunan jalan dapat meningkatkan keterhubungan antara populasi manusia dan reservoir.
Dari sisi sejarah, aktivitas perburuan dalam suatu
lingkaran dari desa yang terisolasi, penurunan dampak pada selang perburuan
daerah pinggir. Jalan menyediakan peningkatan jumlah point dari aktivitas
perburuan. Transport sisi jalan berarti bahwa para pemburu dapat membuat
jebakan dan bubuk pada jarak yang sama dari jalan. Ini merubah pola kontak
manusia dari pola melingkar menjadi pola memanjang mengelilingi pengembangan
jalan, peningkatan area ini menyebabkan perburuan dapat mengarah pada aspek
ekonomi.
Bushmeat ; Pengertian ?
Bushmeat
secara singkat dikenal sebagai daging
misterius (daging satwa liar = istilah yang kini dikenal). Bushmeat dulu erat kaitannya dengan
musibah kelaparan yang hebat yang terjadi disuatu negara yang ketersedian
konsumsi pangannya sangat kurang akibat keadaan alam yang memainkan peranan
yang sangat penting. Contohnya di negara negara Afrika yang sering dilanda
kelaparan hewan akibat alam atau akibat perang saudara seperti di Kenya, Pantai
Gading, Guinea, serta negara lain di Afrika. Masyarakat di negara-negara ini
sering memakan daging misterius,
yang mana daging misterius ini, digoreng, dibakar atau direbus dan dibumbui
selengkap mungkin dan kemudian disantap bersama.
Bushmeat saat ini terkait dengan keadaan ekonomi
serta juga kaitannya dengan pola hidup yang cenderung ingin mengkonsumsi
sesuatu yang lain ataupun dalam perdagangan daging secara illegal dimana kita
secara kasat mata tidak bisa membedakan daging sesungguhnya yang kita makan, mungkin buaya, mungkin ular, tikus,
monyet, kucing liar, dan mungkin juga anjing liar, bisa dilahap dengan tidak
sengaja oleh kita akibat ulah pedagang makanan.
Pemanfaatan
Spesies Secara Berlebihan
Ekploitasi berlebihan yang dilakukan oleh manusia diduga
telah mengancam 1/3 mamalia dan beberapa bangsa burung yang rentan kepunahan.
Untuk bertahan hidup manusia selalu berburu daging hewan liar bushmeat dan memanen makanan serta
sumber daya alam hayati, ironisnya manusia saat ini sudah banyak yang mulai
meninggalkan culture lama yang sangat bersahabat terhadap habitatnya seperti
tidak memburu anak satwa dan berburu betina pada musim – musim tertentu,
melestarikan dan memanfaatkan sumber daya alam hayati agar dapat dipanen secara
berkala dan turun temurun. Hal ini masih dilakukan oleh masyarakat sebagian terasing
di Indonesia seperti suku dayak di pulau Kalimantan yang dipercayai mereka,
alam adalah element yang dapat menghidupkan manusia, karena itu manusia tidak
berhak menyeleksi alam sebab alamlah yang akan menyeleksi manusia.
Bagaimanapun, mengingat kultur yang ada telah memasukan bushmeat sebagai makanan tradisional maka dalam beberapa hal perlu
dilakukan upaya rekonsiliasi antara konservasi dan kultur agar perubahan perilaku
dan pola Konsumsi dapat terjadi secara partisipatif dan tidak menimbulkan
keresahan setempat.
Perdagangan mahluk
liar yang legal dan illegal mempunyai andil atas menurunya populasi banyak spesies.
Perdagangan mahluk hidup liar di seluruh dunia bernilai lebih dari US$ 10
Miliar per tahun, tidak termasuk ikan yang dapat dikonsumsi. Masalah
pemanfaatan komersial pemerintah dan industri sering menyatakan bahwa dengan
menerapkan prinsip – pirinsip pengelolaan ilmiah modern yang lebih dikenal
dengan MSY (Maximum
Sustanible Yield) pemanfaatan berlebihan spesies liar dapat dicegah. Nyatanya,
panen lestari jarang sekali dapat dicapai. Diperlukan upaya – upaya konservasi
yang sangat besar dalam pemulihan populasi spesies. Melalui penegakan hukum
Nasional dan Internasional termasuk CITES (Convention on International
Trade in Endangered Spesies) maka populasi dan spesies mungkin akan kembali
seperti semula. Contoh ; Burung Curik Bali (Leucopsar Rothscildii) merupakan
burung paling lanka di dunia, spesies ini termasuk dalam katagori “kritis”
oleh IUCN dan Birdlife International.
Perdagangan Satwa Liar
Magnituda lalu lintas
satwa liar secara global dan dalam hitungan jumlah sesungguhnya sangat
mengejutkan. Berbagai satwa diperdagangkan untuk berbagai macam tujuan baik
legal maupun ilegal. Pada umumnya yang diperdagangkan secara legal jumlahnya
lebih sedikit dan digunakan untuk pameran di kebun binatang, pendidikan
keilmuan, penelitian dan program-program konservasi; sebagai bahan pangan dan
produk; sebagai satwa peliharaan; serta juga untuk turisme dan keimigrasian.
Perdagangan komersial
satwa liar sebagai satwa peliharaan juga semakin meningkat. Dalam banyak kasus,
satwa tersebut termasuk dalam kategori eksotik (didefinisikan sebagai bukan
satwa asli atau tidak dipelihara secara tradisional atau keduanya). Seringkali
ini menjadi suatu bisnis berisiko oleh karena biasanya satwa-satwa liar
tangkapan bebas dikapalkan bersamaan dengan satwa peliharaan (Marano et al. 2007). Menghitung berapa angka
secara kuantitatif nilai perdagangan global satwa liar sangat sulit dilakukan
oleh karena transaksi seringkali dijalankan sangat beragam mulai dari cara
barter yang sifatnya lokal sampai kepada yang besar-besaran dengan menggunakan
rute internasional. Pada dasarnya perdagangan semacam ini berlangsung lebih
banyak secara ilegal atau melalui jaringan informal. Beberapa estimasi
mengindikasikan bahwa hampir sebanyak 40 ribu primata, 4 juta burung, 640 ribu
reptilia dan 350 juta ikan tropis hidup diperdagangkan secara global setiap
tahunnya. Pada kenyataannya perdagangan satwa liar merupakan sumber pendapatan
ekonomi bagi banyak negara-negara berkembang terutama di Asia dan Afrika yang
nilainya bisa mencapai ratusan sampai jutaan dollar AS (Karesh et
al. 2005). Secara konservatif dapat diperkirakan bahwa di Asia Timur dan
Asia Tenggara sebanyak 10 juta satwa liar dikapalkan setiap tahun secara
regional dan dari seluruh dunia untuk dimanfaatkan sebagai makanan atau
obat-obatan tradisional. Pasar tradisional satwa liar hidup di Guangzhou, China
memperdagangkan musang kelapa, musang luak, kijang, babi hutan liar, landak,
rubah, bajing, tikus bambu, tikus gerbil, berbagai spesies ular dan kucing
macam tutul, berbarengan dengan anjing, kucing dan kelinci domestik. Setelah
munculnya wabah severe acute respiratory syndrome (SARS) pada tahun
2003 lalu, sebanyak 838.500 satwa liar dilaporkan dimusnahkan dari pasar di
Guangzhou tersebut. Tingkat perdagangan dan penyelundupan satwa liar yang
dilindungi di Indonesia pada tahun 2009 dilaporkan cukup tinggi. Survei
terakhir yang dilakukan ProFauna Indonesia mencatat 70 pasar burung di Pulau
Jawa memperdagangkan 183 spesies yang dilindungi. Diantara 70 pasar tersebut
yang berlokasi di 58 kota berbeda, 14 pasar menjual burung beo, 21 pasar
menjual satwa primata, 11 pasar menjual satwa mamalia dan 13 pasar menjual
burung raptor. Disamping spesies target tersebut, burung-burung kicau (singing
birds) yang dilindungi juga dijual di 11 pasar. Di suatu pasar di Sulawesi
Utara, bahkan lebih dari 90 ribu satwa liar mamalia diperjualbelikan per tahun.
Dari suatu survei yang dilakukan di suatu pasar di Thailand, selama 25 minggu
dilaporkan lebih dari 70 ribu ekor burung yang terdiri dari 276 spesies diperdagangkan.
Survei serupa juga dilakukan di empat pasar di Bangkok pada tahun 2001 dan
diamati bahwa ada sebanyak 36.537 burung diperjualbelikan. Hanya 37% dari
burung-burung tersebut secara asli ditemukan di Thailand, sedangkan 63% adalah
spesies yang bukan asli negara tersebut. Amerika Serikat (AS) merupakan negara
terbesar di dunia dalam mengimpor satwa liar hidup dan jumlahnya mencapai lebih
dari satu milyar individu satwa liar selama 2000-2005. Selama periode tersebut,
satwa liar mamalia yang diimpor ke AS tercatat mencapai 4067 kali pengapalan
yang mengangkut total sebanyak 246.772 individu terdiri dari 190 genus dengan
68 famili. Secara internasional, perdagangan satwa liar diatur melalui Convention
on International Trade in Endangered Species (CITES) untuk flora dan fauna
dimana semua negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia telah
menandatanganinya. Malaysia, Vietnam, Indonesia dan China adalah negara-negara
pengekspor utama dari satwa liar tangkapan. Amerika Serikat, Uni Eropa dan
Jepang merupakan negara-negara pengimpor satwa liar yang signifikan. Bisnis
satwa liar di Indonesia dianggap amat menguntungkan. Saat ini Indonesia adalah
pengekspor satwa liar yang legal terbesar di dunia, belum terhitung yang tidak
legal. Orang utan dan burung kakatua paruh bengkok sangat diminati dalam
perdagangan satwa liar. Hal ini memicu perburuan, padahal jenis-jenis ini
langka dan bahkan tergolong terancam punah. Negara-negara yang menandatangani
CITES wajib mengawasi dipatuhinya batasan-batasan yang berlaku dengan maksud
jangan sampai perdagangan menyebabkan punahnya salah satu jenis satwa langka.
Peningkatan perdagangan secara global, dikombinasi dengan transportasi cepat
yang modern dan fakta bahwa pasar bertindak sebagai pusat jaringan satwa liar
daripada sebagai tempat akhir produk, menyebabkan peningkatan secara dramatis
pergerakan dan penularan silang antar spesies dari agen patogen yang secara
alamiah ada dalam setiap hospes (Karesh et
al. 2005).
Zoonosis Satwa Liar
Satwa liar bisa menjadi
reservoir luas dari penyakit zoonosis yang baru muncul (emerging zoonoses)
dan seringkali tidak diketahui. Begitu juga bisa menjadi sumber dari
penyakit-penyakit zoonosis yang muncul kembali (re-emerging zoonoses)
yang dikira sudah berhasil dikendalikan. Meskipun kemunculan dan penemuan agen
patogen baru seringkali dikaitkan dengan tersedianya alat diagnostik yang
semakin baik, akan tetapi jelas perubahan mendasar habitat alam akibat
perbuatan manusia dan perilaku manusia sendiri yang sebenarnya mendorong ke
arah munculnya zoonosis (Chonnel 2007). Sejak
tahun 1980, lebih dari 35 penyakit menular baru muncul pada manusia dan ini
berarti satu penyakit muncul setiap 8 bulan sekali. Sumber dari human
immunodeficiency virus (HIV) sebagai penyebab acquired immune
deficiency syndrome (AIDS) berkaitan sangat erat dengan kontak manusia dan
satwa primata. Wabah Ebola pada manusia ditelusuri kepada pasien pertama yang
mengadakan kontak dengan kera besar tertular yang diburu untuk dimanfaatkan
dagingnya. SARS yang disebabkan oleh
virus corona dihubungkan dengan perdagangan internasional carnivora kecil.
Bahkan suatu studi yang membandingkan antibodi dari musang yang terekspos virus
corona penyebab SARS mendemonstrasikan kenaikan yang dramatis dari prevalensi
rendah atau nol pada musang yang dipelihara di peternakan sampai prevalensi 80%
pada musang yang diuji di pasar (Karesh et
al. 2005). Infeksi alamiah bukan hanya dibuktikan pada musang kelapa di
pasar, akan tetapi juga pada rakun, tikus dan binatang asli lainnya yang
ditemukan di wilayah dimana SARS berjangkit (Kruse 2004). Reservoir virus West
Nile adalah burung-burung liar dan pertama kali diintrodusir ke AS pada tahun
1999 dimana virus ini menjadi penyebab wabah pada burung yang terus berlanjut
dan berpindah ke manusia dan kuda. Penyebaran penyakit zoonosis West Nile di AS
menjadi salah satu contoh bagaimana agen patogen dapat berpindah dari asalnya
di Timur Tengah (Kruse 2004). Sejumlah zoonosis
dapat menular dari satwa liar ke manusia melalui kontak langsung dengan kelinci
atau tikus yang terinfeksi, seperti Francilla tularensis, agen
penyebab tularemia. Hantavirus disebarkan dari tikus ke manusia oleh aerosol
dalam debu yang dapat berasal dari urin, feses atau air ludah tikus terinfeksi.
Agen zoonosis lainnya dapat ditularkan dari satwa liar ke manusia secara tidak
langsung oleh makanan atau air yang terkontaminasi, contohnya Salmonella
spp. dan Leptospira spp. (Kruse 2004). Banyak zoonosis yang bersumber dari satwa liar
disebarkan melalui vektor insekta. Sebagai contohnya, nyamuk dikenal sebagai
vektor zoonosis satwa liar seperti
Rift Valley Fever, equine encephalitis dan Japanese encephalitis. Yersinia
pestis dapat ditularkan oleh kutu, spora Bacillus anthracis
disebarkan oleh lalat dan Leishmania oleh lalat pasir, sedangkan
caplak esensial dalam menularkan Borrelia burgdorferi dan Ehrlichia
chafeensis/Anaplasma phagocytophilum. Pergerakan satwa liar dan
hewan domestik adalah faktor penting dalam penampakan rabies di suatu lokasi
baru. Virus rabies yang secara luas menyebar dan mempengaruhi berbagai hewan
terutama carnivora, diintroduksi ke Amerika Utara oleh anjing yang terinfeksi
pada awal abad ke-18. Selanjutnya virus rabies tersebut berpindah (spill
over) ke sejumlah satwa mamalia darat liar. Virus rabies kemudian hidup
menetap dalam rakun di wilayah tengah negara bagian Atlanta pada akhir tahun
1970-an dan pada waktu rakun ditranslokasi ke wilayah tenggara AS maka rabies
menjadi endemik pada populasi satwa tersebut. Bovine tuberculosis yang
disebabkan oleh Mycobacterium bovis adalah zoonosis lainnya dimana pergerakan hewan secara alamiah maupun
anthropogenik mempengaruhi epidemiologi penyakit ini. Zoonosis ini muncul pada satwa liar di banyak bagian dunia dan
menjadi sumber infeksi bagi hewan domestik dan manusia.
Epidemiologi dari Echinococcosis yang disebabkan oleh Echinococcus multilocularis,
suatu cacing pita kecil dengan hospes utamanya adalah jenis carnivora, terutama
rubah dan hospes perantaranya adalah tikus kecil. Manusia dapat terinfeksi
apabila secara tidak sengaja telur cacing terbawa masuk ke perut melalui
makanan (Kruse 2004). Monkeypox
adalah zoonosis yang jarang terjadi
yang disebabkan oleh virus pox dan secara khusus terjadi di Afrika. Pertama
kali ditemukan pada kera tahun 1958 dan belakangan juga pada satwa lain,
terutama tikus. Bajing Afrika kemungkinan adalah hospes alamiah dari virus ini.
Penularan ke manusia terjadi melalui kontak dengan satwa tertular atau cairan
tubuhnya. Sejak 1994 sampai 2004, suatu zoonosis yang disebabkan oleh virus paramyxo dengan reservoir satwa liar
muncul. Virus-virus Hendra, Menangle dan Nipah, kesemuanya memiliki reservoir
pada kelelawar buah. Manusia tertular melalui kontak dekat dengan babi atau
kuda yang tertular. Virus Hendra ditemukan di Australia pada tahun 1994 yang
menyebabkan penyakit pernafasan akut dan fatal pada kuda dan manusia. Virus Menangle ditemukan juga di Australia
pada tahun 1996 yang menyebabkan penyakit gangguan reproduksi pada babi dan
penyakit gangguan pernafasan pada manusia. Virus Nipah dideteksi pada tahun
1998 di Malaysia, yang menyebabkan penyakit dengan gejala pernafasan dan syaraf
yang hebat pada babi dan radang otak dengan tingkat kematian 40% pada manusia
yang kontak dekat dengan babi. Isolasi Brucella spp. pada mamalia laut
dilaporkan pertama kali tahun 1994. Sejak itu infeksi dideteksi pada berbagai
macam spesies mamalia laut dan populasinya. Pada tahun 2003 dilaporkan dua
kasus manusia yang terinfeksi oleh Brucella spp. dari mamalia laut (Kruse
2004).
Kaitannya
Perdagangan Daging Satwa Liar (Bushmeat)
Dengan Munculnya Zoonosis
Perdagangan global satwa liar
menimbulkan mekanisme penularan yang bukan hanya menyebabkan wabah penyakit
pada manusia, akan tetapi juga mengancam peternakan, perdagangan internasional,
kehidupan pedesaan, populasi alamiah satwa liar dan kesehatan ekosistem. Satwa liar pada umumnya didefinisikan sebagai hewan mamalia,
burung, ikan, reptilia dan amphibi yang berkeliaran (free-roaming) di
alam bebas. Jumlah seluruh penyakit zoonosis yang sebenarnya tidak diketahui
dengan pasti, tetapi diperkirakan lebih dari 200 jenis penyakit.
Satwa liar diindikasikan terlibat
dalam epidemiologi kebanyakan penyakit zoonosis
dan bertindak sebagai ‘reservoir’ utama dari penularan agen patogen ke
hewan domestik dan manusia. Zoonosis satwa liar yang secara khusus disebabkan
oleh berbagai jenis bakteria, virus dan parasit, sedangkan jamur (fungi)
dapat diabaikan. Berbagai faktor yang diindikasikan memicu timbulnya zoonosis satwa liar meliputi perluasan
populasi manusia dan gangguan terhadap habitat satwa liar, termasuk kegiatan
pertambangan dan perambahan hutan, perubahan praktek-praktek pertanian,
globalisasi perdagangan, perdagangan satwa liar, pasar daging satwa liar (bushmeat),
pasar hewan hidup, konsumsi pangan eksotik, pengembangan eko-turisme dan akses kedekatan terhadap satwa kebun binatang serta
juga kepemilikan satwa peliharaan eksotik.
Disamping terkait
dengan perdagangan hewan liar yang terkait dengan zoonosis, mengapa bushmeat
merupakan suatu ancaman?. Orang telah memburu satwa liar
dalam hutan-hutan, seperti perburuan besar-besaran di Barat dan Central Africa
selama 100,000 tahun atau lebih banyak tetapi beberapa tahun belakang ini konsumsi
telah meningkat di luar batas, disebabkan oleh faktor-faktor seperti:
- Perkembangan yang tak terkendali dan pertumbuhan populasi
- Kehilangan habitat dan peningkatan akses untuk daerah-daerah sebelumnya tidak dapat dicapai ( seperti pembalakan atau menambang)
- Perbaikan-perbaikan dalam perburuan teknologi (seperti senjata-senjata dan jerat kawat)
- Kekurangan desa atau pedesaan alternatif ekonomis serta gizi
- Elite urban kaya bertambah dengan sebuah pilihan untuk bushmeat.
SAYA MAS JOKO WIDODO DI SURABAYA.
BalasHapusDEMI ALLAH INI CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI(ASLI)BUKAN REKAYASA!!!
HANYA DENGAN MENPROMOSIKAN WETSITE KIYAI KANJENG DIMAS DI INTERNET SAYA BARU MERASA LEGAH KARNA BERKAT BANTUAN BELIU HUTANG PIUTAN SAYA YANG RATUSAN JUTA SUDAH LUNAS SEMUA PADAHAL DULUHNYA SAYA SUDAH KE TIPU 5 KALI OLEH DUKUN YANG TIDAK BERTANGUNG JAWAB HUTANG SAYA DI MANA MANA KARNA HARUS MENBAYAR MAHAR YANG TIADA HENTINGNYA YANG INILAH YANG ITULAH'TAPI AKU TIDAK PUTUS ASA DALAM HATI KECILKU TIDAK MUNKIN SEMUA DUKUN DI INTERNET PALSU AHIRNYA KU TEMUKAN NOMOR KIYAI KANJENG DI INTERNET AKU MENDAFTAR JADI SANTRI DENGAN MENBAYAR SHAKAT YANG DI MINTA ALHASIL CUMA DENGAN WAKTU 2 HARI SAJA AKU SUDAH MENDAPATKAN APA YANG KU HARAPKAN SERIUS INI KISAH NYATA DARI SAYA.....
…TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA AKI KANJENG…
**** BELIAU MELAYANI SEPERTI: ***
1.PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR
2.UANG KEMBALI PECAHAN 100rb DAN 50rb
3.JUAL TUYUL MEMEK / JUAL MUSUH
4.ANGKA TOGEL GHOIB.DLL..
…=>AKI KANJENG<=…
>>>085-320-279-333<<<
SAYA MAS JOKO WIDODO DI SURABAYA.
DEMI ALLAH INI CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI(ASLI)BUKAN REKAYASA!!!
HANYA DENGAN MENPROMOSIKAN WETSITE KIYAI KANJENG DIMAS DI INTERNET SAYA BARU MERASA LEGAH KARNA BERKAT BANTUAN BELIU HUTANG PIUTAN SAYA YANG RATUSAN JUTA SUDAH LUNAS SEMUA PADAHAL DULUHNYA SAYA SUDAH KE TIPU 5 KALI OLEH DUKUN YANG TIDAK BERTANGUNG JAWAB HUTANG SAYA DI MANA MANA KARNA HARUS MENBAYAR MAHAR YANG TIADA HENTINGNYA YANG INILAH YANG ITULAH'TAPI AKU TIDAK PUTUS ASA DALAM HATI KECILKU TIDAK MUNKIN SEMUA DUKUN DI INTERNET PALSU AHIRNYA KU TEMUKAN NOMOR KIYAI KANJENG DI INTERNET AKU MENDAFTAR JADI SANTRI DENGAN MENBAYAR SHAKAT YANG DI MINTA ALHASIL CUMA DENGAN WAKTU 2 HARI SAJA AKU SUDAH MENDAPATKAN APA YANG KU HARAPKAN SERIUS INI KISAH NYATA DARI SAYA.....
…TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA AKI KANJENG…
**** BELIAU MELAYANI SEPERTI: ***
1.PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR
2.UANG KEMBALI PECAHAN 100rb DAN 50rb
3.JUAL TUYUL MEMEK / JUAL MUSUH
4.ANGKA TOGEL GHOIB.DLL..
…=>AKI KANJENG<=…
>>>085-320-279-333<<<