Jumat, 25 Mei 2012

Bushmeat


Pendahuluan
Pemahaman munculnya agen-agen zoonosis baru membutuhkan pengetahuan tentang keanekaragaman hayati patogen pada satwa liar, interaksi manusia dan satwa liar, tekanan yang disebabkan oleh manusia ke populasi satwa liar, serta perubahan perilaku manusia di masyarakat. Pendekatan berbagai bidang yang menggabungkan virologi, biologi satwa liar, ekologi penyakit, dan antropologi memungkinkan pemahaman lebih baik bagaimana munculnya zoonosis baru yang bersifat patogen, yang terkait dengan penggundulan hutan dan perburuan hutan (Wolve 2005).
Kebanyakan penyakit-penyakit menular yang baru muncul (Emerging infectious diseases) disebabkan oleh agen patogen yang sifatnya dapat menular ke manusia (zoonosis). Jumlah dan proporsi penyakit-penyakit yang bersumber dari hewan khususnya satwa liar meningkat secara subtansial dalam beberapa dekade belakangan ini (Pavlin et al. 2009).
Pada kenyataannya ancaman terhadap kesehatan global dan faktor risiko munculnya penyakit-penyakit menular tersebut bukan hanya dipicu oleh perubahan iklim, kemiskinan sampai kepada isu-isu keamanan global, akan tetapi juga oleh perdagangan satwa liar.  Perdagangan global satwa liar menimbulkan mekanisme penularan yang bukan hanya menyebabkan wabah penyakit pada manusia, akan tetapi juga mengancam peternakan, perdagangan internasional, kehidupan pedesaan, populasi alamiah satwa liar dan kesehatan ekosistem (Karesh et al. 2005). Satwa liar pada umumnya didefinisikan sebagai hewan mamalia, burung, ikan, reptilia dan amphibi yang berkeliaran (free-roaming) di alam bebas. Jumlah seluruh penyakit zoonosis yang sebenarnya tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan lebih dari 200 jenis penyakit. Dengan berjalannya waktu, disadari bahwa semakin banyak agen patogen penyebab zoonosis bersumber dari binatang (75%). Satwa liar diindikasikan terlibat dalam epidemiologi kebanyakan penyakit zoonosis dan bertindak sebagai reservoir utama dari penularan agen patogen ke hewan domestik dan manusia.       
  Kini terdapat peningkatan perhatian tentang perdagangan komersial pada bushmeat (daging liar atau daging satwa) di berbagai negara. Tingkat perburuan bushmeat  bisa mengancam populasi satwa liar populasi-populasi dan orang yang bergantung pada bushmeat untuk makanan atau pendapatan. Relevansi tertentu untuk negara-negara terhadap implikasi dari perdagangan untuk manusia dan hewan dari segi kesehatan melalui transmisi penyakit yang mungkin terjadi.
Zoonosis satwa liar yang secara khusus disebabkan oleh berbagai jenis bakteria, virus dan parasit, sedangkan jamur (fungi) dapat diabaikan. Dapat dikatakan dalam hal ini ratusan agen patogen terlibat dengan modus penularan yang berbeda satu sama lain dan banyak faktor yang mempengaruhi epidemiologi dari berbagai jenis penyakit zoonosis tersebut. 

Prediksi Munculnya Penyakit Zoonosis
Kira-kira tiga perempat penyakit infeksi yang muncul pada manusia disebabkan oleh patogen zoonosis (Taylor et al. 2001). Ini termasuk agen-agen yang bertanggung jawab pada kematian global (seperti HIV -1 dan -2, Influenza virus) dan lain-lain yang menyebabkan kematian terbatas tetapi menghasilkan angka kasus kematian yang tinggi dan tidak ada pengobatan atau vaksin yang efektif (contohnya Ebola virus, Hantaviruses, virus Nipah, sindrom pernafasan akut parah (SARS) terkait Coronavirus) (Smolinski et al. 2003). Meskipun ancaman perkembangan penyakit pathogen zoonosis, pemahaman tentang proses timbulnya penyakit sangat minim. Ukuran kesehatan masyarakat untuk penyakit semacam itu tergantung pada pengembangan vaksin dan obat, untuk melawan penyakit patogen yang muncul. Sesungguhnya, banyak keyakinan bahwa memprediksi munculnya zooonosis baru adalah suatu tujuan yang tidak tercapai. Namun, suatu trend yang mulai tumbuh dalam beberapa penelitian penyakit ini mendorong untuk menganalis secara empiris proses yang timbul dan bergerak untuk memprediksi kapasitas pada zoonosis baru.
            Berbagai zoonosis baru adalah virus yang muncul pada populasi hewan domestik dan manusia  dari peningkatan kontak dengan satwa liar yang potensial memiliki patogen zoonosis (Taylor et al. 2001).  Resiko munculnya agen zoonosis baru dari satwa liar sangat tergantung pada tiga faktor :
  1. Keragaman mikroba liar dalam suatu wilayah ( zoonotik pool).
  2. Efek dari perubahan lingkungan pada prevalensi penyakit dalam populasi
  3. Frekuensi manusia dan hewan domestik yang melakukan kontak dengan reservoir satwa liar dari zoonosis potensial.
            Faktor pertama adalah domain dari ahli virology, khususnya mereka yang mengalisa trend evolusi dalam munculnya virus (Moya et al. 2004). Dua faktor yang terakhir dikaji oleh veterinarian satwa liar, ahli ekologi penyakit, ahli biologi populasi satwa liar, ahli antropologi, ahli ekonomi dan geografi. Pemahaman proses pemunculan ini membutuhkan analisis dinamik dari mikroba dalam populasi reservoir satwa liar, populasi biologi dari reservoir ini, dan perubahan terakhir dalam demografi dan perilaku manusia (misalnya perburuan produksi, produksi peternakan), melawan latar belakang dari perubahan lingkungan seperti penggundulan hutan dan habisnya lahan pertanian. Untuk menguji secara penuh munculnya zoonosis, suatu pendekatan multidisiplin dibutuhkan untuk menggabungkan semua disiplin dan pengukuran latar belakang keanekaragaman mikroba satwa liar. 

Penebangan Hutan, Perburuan dan Lalulintas Viral
            Perburuan satwa liar oleh manusia adalah suatu praktek  kuno yang membawa suatu resiko subtstansial untuk perpindahan silang transmisi spesies. Meskipun penemuan kegiatan memasak (1,9 juta tahun yang lalu), resiko penyakit zoonotik yang muncul dari perburuan dan kegiatan memakan satwa liar masih penting karena meningkatnya kepadatan populasi manusia, perdagangan global, dan berkonsekuensi pada meningkatnya kontak antara manusia dan hewan.
            Penggundulan hutan tropis menyebabkan peningkatan kontak antara satwa liar dan pemburu. Namun, mekanisasi timbulnya penyakit sangat kompleks. Contohnya penebangan hutan, dapat mengurangi timbulnya zoonotik daripada ekstraksi selekstif karena relatif menurunkan kontak antara manusia dan satwa liar selama penebangan. Karena tingginya biaya ekstraksi dan transportasi penebangan di Afrika Tengah umumnya melibatkan ekstraksi selektif dari spesies karet bernilai tinggi. Ekstraksi selektif juga menyebabkan berlanjutnya keragaman alami satwa liar dari pada penebangan dan juga untuk keberlanjutan keragaman patogen zoonotik potensial tersedia bagi pemburu (Fa et al.1995). Dengan penebangan terpilih melibatkan konstruksi jalan dan trasnportasi pekerja kedalam daerah hutan asli. Namun jalan dapat membawah kesehatan bagi komunitas pedesaan, jalan juga menyediakan peningkatan kontak antara daerah kepadatan rendah, member jarak pada populasi manusia dan populasi kota dengan akses ke perjalanan internatsional, yang menghasilkan lokalisasi timbulnya penyebaran global yang cepat potensi penyebaran global dengan cepat (Hooper 1999).
            Membangun pembukaan jalan juga mengarah pada juga mengarah pada pemisahan habitat seperti pinggaran hutan sepanjang jalan yang terdegradasi, yang menurunkan pergerakan satwa liar pada setiap tapak hutan. Proses ini menyebabkan tiga efek counteraktif :
  1. Dengan berkurangnya ukuran tapak, lebih kecil, populasi kerapatan rendah dari reservoir, beberapa dapat menurunkan kepadatan, dibawah ambang batas kepadatan dari mikroba zoonotik potensial. Kasus ini model matematika dari penyakit infeksi meramalkan bahwa mikroba-mikroba ini akan punah/langkah relative lagi dan menurunkan resiko dibawah perpindahan ke manusia.
  2. Dibeberapa kasus, hilangnya kekayaan spesies pembawa vertebrata dapat menghasilkan peningkatan keberlimpahan reservoir dengan kompetensi tinggi dari beberapa agen zoonosis, meningkatan resiko perpindahan ke manusia, meskipun fenomena ini hanya didemonstrisikanda  hanya pada satu patogen Borrelia burgdorferi, agen penyebab dari penyakit lyme, ia akan lebih menyebar. Pada kasus ini pemisahan meningkatkan kelimpahan reservoir kompetensi tinggi yaitu white foot mouse (Peromyscus leucopus), yang menghasilkan resiko tinggi bagi infeksi ke manusia.
  3. Pemisahan yang berkaitan dengan pembangunan jalan dapat meningkatkan   keterhubungan antara populasi manusia dan reservoir.
            Dari sisi sejarah, aktivitas perburuan dalam suatu lingkaran dari desa yang terisolasi, penurunan dampak pada selang perburuan daerah pinggir. Jalan menyediakan peningkatan jumlah point dari aktivitas perburuan. Transport sisi jalan berarti bahwa para pemburu dapat membuat jebakan dan bubuk pada jarak yang sama dari jalan. Ini merubah pola kontak manusia dari pola melingkar menjadi pola memanjang mengelilingi pengembangan jalan, peningkatan area ini menyebabkan perburuan dapat mengarah pada aspek ekonomi.
Bushmeat ; Pengertian ?
Bushmeat secara singkat dikenal sebagai daging misterius (daging satwa liar = istilah yang kini dikenal). Bushmeat dulu erat kaitannya dengan musibah kelaparan yang hebat yang terjadi disuatu negara yang ketersedian konsumsi pangannya sangat kurang akibat keadaan alam yang memainkan peranan yang sangat penting. Contohnya di negara negara Afrika yang sering dilanda kelaparan hewan akibat alam atau akibat perang saudara seperti di Kenya, Pantai Gading, Guinea, serta negara lain di Afrika. Masyarakat di negara-negara ini sering memakan daging misterius, yang mana daging misterius ini, digoreng, dibakar atau direbus dan dibumbui selengkap mungkin dan kemudian disantap bersama.
Bushmeat saat ini terkait dengan keadaan ekonomi serta juga kaitannya dengan pola hidup yang cenderung ingin mengkonsumsi sesuatu yang lain ataupun dalam perdagangan daging secara illegal dimana kita secara kasat mata tidak bisa membedakan daging sesungguhnya yang kita makan, mungkin buaya, mungkin ular, tikus, monyet, kucing liar, dan mungkin juga anjing liar, bisa dilahap dengan tidak sengaja oleh kita akibat ulah pedagang makanan.
Pemanfaatan Spesies Secara Berlebihan
Ekploitasi berlebihan yang dilakukan oleh manusia diduga telah mengancam 1/3 mamalia dan beberapa bangsa burung yang rentan kepunahan. Untuk bertahan hidup manusia selalu berburu daging hewan liar bushmeat dan memanen makanan serta sumber daya alam hayati, ironisnya manusia saat ini sudah banyak yang mulai meninggalkan culture lama yang sangat bersahabat terhadap habitatnya seperti tidak memburu anak satwa dan berburu betina pada musim – musim tertentu, melestarikan dan memanfaatkan sumber daya alam hayati agar dapat dipanen secara berkala dan turun temurun. Hal ini masih dilakukan oleh masyarakat sebagian terasing di Indonesia seperti suku dayak di pulau Kalimantan yang dipercayai mereka, alam adalah element yang dapat menghidupkan manusia, karena itu manusia tidak berhak menyeleksi alam sebab alamlah yang akan menyeleksi manusia. Bagaimanapun, mengingat kultur yang ada telah memasukan bushmeat sebagai makanan tradisional maka dalam beberapa hal perlu dilakukan upaya rekonsiliasi antara konservasi dan kultur agar perubahan perilaku dan pola Konsumsi dapat terjadi secara partisipatif dan tidak menimbulkan keresahan setempat.  
Perdagangan mahluk liar yang legal dan illegal mempunyai andil atas menurunya populasi banyak spesies. Perdagangan mahluk hidup liar di seluruh dunia bernilai lebih dari US$ 10 Miliar per tahun, tidak termasuk ikan yang dapat dikonsumsi. Masalah pemanfaatan komersial pemerintah dan industri sering menyatakan bahwa dengan menerapkan prinsip – pirinsip pengelolaan ilmiah modern yang lebih dikenal dengan MSY (Maximum Sustanible Yield) pemanfaatan berlebihan spesies liar dapat dicegah. Nyatanya, panen lestari jarang sekali dapat dicapai. Diperlukan upaya – upaya konservasi yang sangat besar dalam pemulihan populasi spesies. Melalui penegakan hukum Nasional dan Internasional termasuk CITES (Convention on International Trade in Endangered Spesies) maka populasi dan spesies mungkin akan kembali seperti semula. Contoh ; Burung Curik Bali (Leucopsar Rothscildii) merupakan burung paling lanka di dunia, spesies ini termasuk dalam katagori “kritis” oleh IUCN dan Birdlife International.
Perdagangan Satwa Liar 
Magnituda lalu lintas satwa liar secara global dan dalam hitungan jumlah sesungguhnya sangat mengejutkan. Berbagai satwa diperdagangkan untuk berbagai macam tujuan baik legal maupun ilegal. Pada umumnya yang diperdagangkan secara legal jumlahnya lebih sedikit dan digunakan untuk pameran di kebun binatang, pendidikan keilmuan, penelitian dan program-program konservasi; sebagai bahan pangan dan produk; sebagai satwa peliharaan; serta juga untuk turisme dan keimigrasian.
Perdagangan komersial satwa liar sebagai satwa peliharaan juga semakin meningkat. Dalam banyak kasus, satwa tersebut termasuk dalam kategori eksotik (didefinisikan sebagai bukan satwa asli atau tidak dipelihara secara tradisional atau keduanya). Seringkali ini menjadi suatu bisnis berisiko oleh karena biasanya satwa-satwa liar tangkapan bebas dikapalkan bersamaan dengan satwa peliharaan (Marano et al. 2007). Menghitung berapa angka secara kuantitatif nilai perdagangan global satwa liar sangat sulit dilakukan oleh karena transaksi seringkali dijalankan sangat beragam mulai dari cara barter yang sifatnya lokal sampai kepada yang besar-besaran dengan menggunakan rute internasional. Pada dasarnya perdagangan semacam ini berlangsung lebih banyak secara ilegal atau melalui jaringan informal. Beberapa estimasi mengindikasikan bahwa hampir sebanyak 40 ribu primata, 4 juta burung, 640 ribu reptilia dan 350 juta ikan tropis hidup diperdagangkan secara global setiap tahunnya. Pada kenyataannya perdagangan satwa liar merupakan sumber pendapatan ekonomi bagi banyak negara-negara berkembang terutama di Asia dan Afrika yang nilainya bisa mencapai ratusan sampai jutaan dollar AS  (Karesh et al. 2005). Secara konservatif dapat diperkirakan bahwa di Asia Timur dan Asia Tenggara sebanyak 10 juta satwa liar dikapalkan setiap tahun secara regional dan dari seluruh dunia untuk dimanfaatkan sebagai makanan atau obat-obatan tradisional. Pasar tradisional satwa liar hidup di Guangzhou, China memperdagangkan musang kelapa, musang luak, kijang, babi hutan liar, landak, rubah, bajing, tikus bambu, tikus gerbil, berbagai spesies ular dan kucing macam tutul, berbarengan dengan anjing, kucing dan kelinci domestik. Setelah munculnya wabah severe acute respiratory syndrome (SARS) pada tahun 2003 lalu, sebanyak 838.500 satwa liar dilaporkan dimusnahkan dari pasar di Guangzhou tersebut. Tingkat perdagangan dan penyelundupan satwa liar yang dilindungi di Indonesia pada tahun 2009 dilaporkan cukup tinggi. Survei terakhir yang dilakukan ProFauna Indonesia mencatat 70 pasar burung di Pulau Jawa memperdagangkan 183 spesies yang dilindungi. Diantara 70 pasar tersebut yang berlokasi di 58 kota berbeda, 14 pasar menjual burung beo, 21 pasar menjual satwa primata, 11 pasar menjual satwa mamalia dan 13 pasar menjual burung raptor. Disamping spesies target tersebut, burung-burung kicau (singing birds) yang dilindungi juga dijual di 11 pasar. Di suatu pasar di Sulawesi Utara, bahkan lebih dari 90 ribu satwa liar mamalia diperjualbelikan per tahun. Dari suatu survei yang dilakukan di suatu pasar di Thailand, selama 25 minggu dilaporkan lebih dari 70 ribu ekor burung yang terdiri dari 276 spesies diperdagangkan. Survei serupa juga dilakukan di empat pasar di Bangkok pada tahun 2001 dan diamati bahwa ada sebanyak 36.537 burung diperjualbelikan. Hanya 37% dari burung-burung tersebut secara asli ditemukan di Thailand, sedangkan 63% adalah spesies yang bukan asli negara tersebut. Amerika Serikat (AS) merupakan negara terbesar di dunia dalam mengimpor satwa liar hidup dan jumlahnya mencapai lebih dari satu milyar individu satwa liar selama 2000-2005. Selama periode tersebut, satwa liar mamalia yang diimpor ke AS tercatat mencapai 4067 kali pengapalan yang mengangkut total sebanyak 246.772 individu terdiri dari 190 genus dengan 68 famili. Secara internasional, perdagangan satwa liar diatur melalui Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) untuk flora dan fauna dimana semua negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia telah menandatanganinya. Malaysia, Vietnam, Indonesia dan China adalah negara-negara pengekspor utama dari satwa liar tangkapan. Amerika Serikat, Uni Eropa dan Jepang merupakan negara-negara pengimpor satwa liar yang signifikan. Bisnis satwa liar di Indonesia dianggap amat menguntungkan. Saat ini Indonesia adalah pengekspor satwa liar yang legal terbesar di dunia, belum terhitung yang tidak legal. Orang utan dan burung kakatua paruh bengkok sangat diminati dalam perdagangan satwa liar. Hal ini memicu perburuan, padahal jenis-jenis ini langka dan bahkan tergolong terancam punah. Negara-negara yang menandatangani CITES wajib mengawasi dipatuhinya batasan-batasan yang berlaku dengan maksud jangan sampai perdagangan menyebabkan punahnya salah satu jenis satwa langka. Peningkatan perdagangan secara global, dikombinasi dengan transportasi cepat yang modern dan fakta bahwa pasar bertindak sebagai pusat jaringan satwa liar daripada sebagai tempat akhir produk, menyebabkan peningkatan secara dramatis pergerakan dan penularan silang antar spesies dari agen patogen yang secara alamiah ada dalam setiap hospes (Karesh et al. 2005).

Zoonosis Satwa Liar
Satwa liar bisa menjadi reservoir luas dari penyakit zoonosis yang baru muncul (emerging zoonoses) dan seringkali tidak diketahui. Begitu juga bisa menjadi sumber dari penyakit-penyakit zoonosis yang muncul kembali (re-emerging zoonoses) yang dikira sudah berhasil dikendalikan. Meskipun kemunculan dan penemuan agen patogen baru seringkali dikaitkan dengan tersedianya alat diagnostik yang semakin baik, akan tetapi jelas perubahan mendasar habitat alam akibat perbuatan manusia dan perilaku manusia sendiri yang sebenarnya mendorong ke arah munculnya zoonosis (Chonnel 2007).  Sejak tahun 1980, lebih dari 35 penyakit menular baru muncul pada manusia dan ini berarti satu penyakit muncul setiap 8 bulan sekali. Sumber dari human immunodeficiency virus (HIV) sebagai penyebab acquired immune deficiency syndrome (AIDS) berkaitan sangat erat dengan kontak manusia dan satwa primata. Wabah Ebola pada manusia ditelusuri kepada pasien pertama yang mengadakan kontak dengan kera besar tertular yang diburu untuk dimanfaatkan dagingnya.  SARS yang disebabkan oleh virus corona dihubungkan dengan perdagangan internasional carnivora kecil. Bahkan suatu studi yang membandingkan antibodi dari musang yang terekspos virus corona penyebab SARS mendemonstrasikan kenaikan yang dramatis dari prevalensi rendah atau nol pada musang yang dipelihara di peternakan sampai prevalensi 80% pada musang yang diuji di pasar (Karesh et al. 2005). Infeksi alamiah bukan hanya dibuktikan pada musang kelapa di pasar, akan tetapi juga pada rakun, tikus dan binatang asli lainnya yang ditemukan di wilayah dimana SARS berjangkit (Kruse 2004). Reservoir virus West Nile adalah burung-burung liar dan pertama kali diintrodusir ke AS pada tahun 1999 dimana virus ini menjadi penyebab wabah pada burung yang terus berlanjut dan berpindah ke manusia dan kuda. Penyebaran penyakit zoonosis West Nile di AS menjadi salah satu contoh bagaimana agen patogen dapat berpindah dari asalnya di Timur Tengah (Kruse 2004). Sejumlah zoonosis dapat menular dari satwa liar ke manusia melalui kontak langsung dengan kelinci atau tikus yang terinfeksi, seperti Francilla tularensis, agen penyebab tularemia. Hantavirus disebarkan dari tikus ke manusia oleh aerosol dalam debu yang dapat berasal dari urin, feses atau air ludah tikus terinfeksi. Agen zoonosis lainnya dapat ditularkan dari satwa liar ke manusia secara tidak langsung oleh makanan atau air yang terkontaminasi, contohnya Salmonella spp. dan Leptospira spp. (Kruse 2004). Banyak zoonosis yang bersumber dari satwa liar disebarkan melalui vektor insekta. Sebagai contohnya, nyamuk dikenal sebagai vektor zoonosis satwa liar seperti Rift Valley Fever, equine encephalitis dan Japanese encephalitis. Yersinia pestis dapat ditularkan oleh kutu, spora Bacillus anthracis disebarkan oleh lalat dan Leishmania oleh lalat pasir, sedangkan caplak esensial dalam menularkan Borrelia burgdorferi dan Ehrlichia chafeensis/Anaplasma phagocytophilum. Pergerakan satwa liar dan hewan domestik adalah faktor penting dalam penampakan rabies di suatu lokasi baru. Virus rabies yang secara luas menyebar dan mempengaruhi berbagai hewan terutama carnivora, diintroduksi ke Amerika Utara oleh anjing yang terinfeksi pada awal abad ke-18. Selanjutnya virus rabies tersebut berpindah (spill over) ke sejumlah satwa mamalia darat liar. Virus rabies kemudian hidup menetap dalam rakun di wilayah tengah negara bagian Atlanta pada akhir tahun 1970-an dan pada waktu rakun ditranslokasi ke wilayah tenggara AS maka rabies menjadi endemik pada populasi satwa tersebut. Bovine tuberculosis yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis adalah zoonosis lainnya dimana pergerakan hewan secara alamiah maupun anthropogenik mempengaruhi epidemiologi penyakit ini. Zoonosis ini muncul pada satwa liar di banyak bagian dunia dan menjadi sumber infeksi bagi hewan domestik dan  manusia.
Epidemiologi dari Echinococcosis yang disebabkan oleh Echinococcus multilocularis, suatu cacing pita kecil dengan hospes utamanya adalah jenis carnivora, terutama rubah dan hospes perantaranya adalah tikus kecil. Manusia dapat terinfeksi apabila secara tidak sengaja telur cacing terbawa masuk ke perut melalui makanan (Kruse 2004). Monkeypox adalah zoonosis yang jarang terjadi yang disebabkan oleh virus pox dan secara khusus terjadi di Afrika. Pertama kali ditemukan pada kera tahun 1958 dan belakangan juga pada satwa lain, terutama tikus. Bajing Afrika kemungkinan adalah hospes alamiah dari virus ini. Penularan ke manusia terjadi melalui kontak dengan satwa tertular atau cairan tubuhnya.  Sejak 1994 sampai 2004, suatu zoonosis yang disebabkan oleh virus paramyxo dengan reservoir satwa liar muncul. Virus-virus Hendra, Menangle dan Nipah, kesemuanya memiliki reservoir pada kelelawar buah. Manusia tertular melalui kontak dekat dengan babi atau kuda yang tertular. Virus Hendra ditemukan di Australia pada tahun 1994 yang menyebabkan penyakit pernafasan akut dan fatal pada kuda dan manusia. Virus Menangle ditemukan juga di Australia pada tahun 1996 yang menyebabkan penyakit gangguan reproduksi pada babi dan penyakit gangguan pernafasan pada manusia. Virus Nipah dideteksi pada tahun 1998 di Malaysia, yang menyebabkan penyakit dengan gejala pernafasan dan syaraf yang hebat pada babi dan radang otak dengan tingkat kematian 40% pada manusia yang kontak dekat dengan babi. Isolasi Brucella spp. pada mamalia laut dilaporkan pertama kali tahun 1994. Sejak itu infeksi dideteksi pada berbagai macam spesies mamalia laut dan populasinya. Pada tahun 2003 dilaporkan dua kasus manusia yang terinfeksi oleh Brucella spp. dari mamalia laut (Kruse  2004).
Kaitannya Perdagangan Daging Satwa Liar (Bushmeat) Dengan Munculnya Zoonosis
Perdagangan global satwa liar menimbulkan mekanisme penularan yang bukan hanya menyebabkan wabah penyakit pada manusia, akan tetapi juga mengancam peternakan, perdagangan internasional, kehidupan pedesaan, populasi alamiah satwa liar dan kesehatan ekosistem. Satwa liar pada umumnya didefinisikan sebagai hewan mamalia, burung, ikan, reptilia dan amphibi yang berkeliaran (free-roaming) di alam bebas. Jumlah seluruh penyakit zoonosis yang sebenarnya tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan lebih dari 200 jenis penyakit.
Satwa liar diindikasikan terlibat dalam epidemiologi kebanyakan penyakit zoonosis dan bertindak sebagai ‘reservoir’ utama dari penularan agen patogen ke hewan domestik dan manusia. Zoonosis satwa liar yang secara khusus disebabkan oleh berbagai jenis bakteria, virus dan parasit, sedangkan jamur (fungi) dapat diabaikan. Berbagai faktor yang diindikasikan memicu timbulnya zoonosis satwa liar meliputi perluasan populasi manusia dan gangguan terhadap habitat satwa liar, termasuk kegiatan pertambangan dan perambahan hutan, perubahan praktek-praktek pertanian, globalisasi perdagangan, perdagangan satwa liar, pasar daging satwa liar (bushmeat), pasar hewan hidup, konsumsi pangan eksotik, pengembangan eko-turisme dan akses kedekatan terhadap satwa kebun binatang serta juga kepemilikan satwa peliharaan eksotik.
Disamping terkait dengan perdagangan hewan liar yang terkait dengan zoonosis, mengapa bushmeat merupakan suatu ancaman?. Orang telah memburu satwa liar dalam hutan-hutan, seperti perburuan besar-besaran di Barat dan Central Africa selama 100,000 tahun atau lebih banyak tetapi beberapa tahun belakang ini konsumsi telah meningkat di luar batas, disebabkan oleh faktor-faktor seperti:
  1. Perkembangan yang tak terkendali dan pertumbuhan populasi
  2. Kehilangan habitat dan peningkatan akses untuk daerah-daerah sebelumnya tidak dapat dicapai ( seperti pembalakan atau menambang)
  3. Perbaikan-perbaikan dalam perburuan teknologi (seperti senjata-senjata dan jerat kawat)
  4. Kekurangan desa atau pedesaan alternatif ekonomis serta gizi
  5. Elite urban kaya bertambah dengan sebuah pilihan untuk bushmeat.

1 komentar:

  1. SAYA MAS JOKO WIDODO DI SURABAYA.
    DEMI ALLAH INI CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI(ASLI)BUKAN REKAYASA!!!
    HANYA DENGAN MENPROMOSIKAN WETSITE KIYAI KANJENG DIMAS DI INTERNET SAYA BARU MERASA LEGAH KARNA BERKAT BANTUAN BELIU HUTANG PIUTAN SAYA YANG RATUSAN JUTA SUDAH LUNAS SEMUA PADAHAL DULUHNYA SAYA SUDAH KE TIPU 5 KALI OLEH DUKUN YANG TIDAK BERTANGUNG JAWAB HUTANG SAYA DI MANA MANA KARNA HARUS MENBAYAR MAHAR YANG TIADA HENTINGNYA YANG INILAH YANG ITULAH'TAPI AKU TIDAK PUTUS ASA DALAM HATI KECILKU TIDAK MUNKIN SEMUA DUKUN DI INTERNET PALSU AHIRNYA KU TEMUKAN NOMOR KIYAI KANJENG DI INTERNET AKU MENDAFTAR JADI SANTRI DENGAN MENBAYAR SHAKAT YANG DI MINTA ALHASIL CUMA DENGAN WAKTU 2 HARI SAJA AKU SUDAH MENDAPATKAN APA YANG KU HARAPKAN SERIUS INI KISAH NYATA DARI SAYA.....

    …TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA AKI KANJENG…

    **** BELIAU MELAYANI SEPERTI: ***
    1.PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR
    2.UANG KEMBALI PECAHAN 100rb DAN 50rb
    3.JUAL TUYUL MEMEK / JUAL MUSUH
    4.ANGKA TOGEL GHOIB.DLL..

    …=>AKI KANJENG<=…
    >>>085-320-279-333<<<






    SAYA MAS JOKO WIDODO DI SURABAYA.
    DEMI ALLAH INI CERITA YANG BENAR BENAR TERJADI(ASLI)BUKAN REKAYASA!!!
    HANYA DENGAN MENPROMOSIKAN WETSITE KIYAI KANJENG DIMAS DI INTERNET SAYA BARU MERASA LEGAH KARNA BERKAT BANTUAN BELIU HUTANG PIUTAN SAYA YANG RATUSAN JUTA SUDAH LUNAS SEMUA PADAHAL DULUHNYA SAYA SUDAH KE TIPU 5 KALI OLEH DUKUN YANG TIDAK BERTANGUNG JAWAB HUTANG SAYA DI MANA MANA KARNA HARUS MENBAYAR MAHAR YANG TIADA HENTINGNYA YANG INILAH YANG ITULAH'TAPI AKU TIDAK PUTUS ASA DALAM HATI KECILKU TIDAK MUNKIN SEMUA DUKUN DI INTERNET PALSU AHIRNYA KU TEMUKAN NOMOR KIYAI KANJENG DI INTERNET AKU MENDAFTAR JADI SANTRI DENGAN MENBAYAR SHAKAT YANG DI MINTA ALHASIL CUMA DENGAN WAKTU 2 HARI SAJA AKU SUDAH MENDAPATKAN APA YANG KU HARAPKAN SERIUS INI KISAH NYATA DARI SAYA.....

    …TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA AKI KANJENG…

    **** BELIAU MELAYANI SEPERTI: ***
    1.PESUGIHAN INSTANT 10 MILYAR
    2.UANG KEMBALI PECAHAN 100rb DAN 50rb
    3.JUAL TUYUL MEMEK / JUAL MUSUH
    4.ANGKA TOGEL GHOIB.DLL..

    …=>AKI KANJENG<=…
    >>>085-320-279-333<<<

    BalasHapus